KECURANGAN UN
Benak menerawang jauh
Di tengah laut jatuhkan sauh
Yang dia lihat
Hanya pulau tiada kehidupan
Namun
bagi mereka
Itu
adalah kejayaan
Mata
yang kabur
Sesatkan
langkah
Anak-anak kirim sanjungan
Pada guru yang curang
Dia lihat
Kejatuhan di ujung jalan
Mereka
terlena
Mereka
lupa ada hukum karma
Yang
dituju arah kebalikan
Menuju
kegelapan
Anak-anak jadi bajingan
Anggap mereka itu keberhasilan
Dia lihat
Kebusukan dan kelapukan
Mesti
pada siapa
Dia
berkata?
Semua
tak percaya
Semua
menutup mata
POTRET HIDUP KITA
Acuh tak acuh
Kaku sekeras kayu
Generasi kini
Pada brikut kan mereka wariskan
Para
panutan
Berpura
rabun
Generasi
kini
Menelan
racu ‘tuk m’reka dan anak cucu
Para panutan
Jingkrak berpacu
Demi famili, pada generasi, tak peduli
Hidup itu perjuangan, kata mereka
Layu
dan sendu
Lagu
tak lagi merdu
Generasi
klak kan saling bunuh
Batu yang luruh
Pikir mereka, mereka membangun
Keruntuhan, itu yang diciptakan
Bila sudah waktu, mereka pun tahu
LUNTUR
Luntur, lunturlah warna
Kepada babi-babi itu permata
Dengan apakah
Itu berharga
Sang
pemberi tak enak
Dilihat
Kerna
pikirannya t’lah rusak
Hikmat
tak dibawa
Kita adalah sekarat
Di tangan dokter-dokter keparat
Laknat!
Hingga akhirat
Masa
depan diharap tak
Percuma!
Mereka
menang telak
Yang
menang: si Jahat
Kontras!
Tak seperti cerita-cerita epos
Tiada akhir bahagia
Yang lemah selalu kalah
Kecewa
jangan!
Upah
kita
Bukan
dari dunia
Di
surga kelak
Mayapada: sementara
Berharap banyak jangan
Kita anak terang
Jauhlah kita dari gelap
Warna
luntur
Oh
luntur
Babi
mendengkur
Takkalah
guru-guru mundur
Apa dikata
Tiap hari nasi membubur
Sekali-kali saja ada mujur
Arti pun tak ada
Luntur
o luntur
Babi
mendengkur
Terlanjur
Sampai
kaki membujur
Dengan apa
Lagi kan bersih
Kain-kain koyak moyak
Sia-sia ditangisi
Sesal
kita kini
Apatah
guna
Dilanda
sunyi
Tatkala
dibrondong gundah
KUSALAH
Kira ku kan kau
berubah
Tatkala dengar
terusterangku
Tentang masa
lajang
Tak bertepi, tiada
berujung
Menikah
atau tidak
Bukan
soal
Asal
menyinta
Selalu
bersama
Benar O benar
Ternyata
Rasamu taklah
isapan jempol
Dari palung laut terdalam
Mengepul dan
menonjol
Laik lampu urung
padam
Berarti kau cinta
Bebas canda
Kau temanku berkelana
Pun di gurun panas
Kau lepas dahaga
Demi dia
Yang sama rela pula
Syukur pada Maha
Yang kirimkan
anugerah
Menepis prasangka
Meniada lara duka
BAGAIMANA
Bagaimana bisa ubah dunia
Buang sampah
Pada tempatnya
Taklah tahu
Bagaimana
bisa ubah dunia
Atur
bicara
Tata
suara
Taklah
tahu
Bagaimana bisa ubah dunia
Nama desa
Tempat lahir
Taklah ia tahu
Bagaimana
bisa ubah dunia
Laku
tidak
Pikir-rasa
Taklah
patut
Bagaimana ubah dunia?
Bagaimana?
Beri jawab!
Tentulah kau tahu
Tondei, 8 Mei 2012
GEMBALA
Tujuan membuyar
Saat-saat membiar
Guna apa bersama
berlayar
Bisa sesat kita
diseruput angin pusar
Bintang-bintang
Bergayut pada tembok
Tembok langit
Entah kapan menerus tahan
Pupus harap
Lapuk oleh janji
Janji kosong mereka
Yang mengaku membawa
panji
Iswan, menyerahlah jangan
Meski terus dihantam
Pukulan limba mematikan
Hanya, tetaplah memekak walau dalam
gumam
Hanya itu mampumu
Tak usang dicabik
waktu
Iswan, menyimpanglah
jangan
Ada melihat di balik
gemawan
Ukirlah kaligrafi indah
Pada coret-coretan tiada makna
Iswan, relalah mereka berlomba
Jadilah kau gembala satunya
POHON MANGGA DI DEPAN SEKOLAH
Rimbun, menahan hujan turun
Mereda sengat
matari
Menyimpan sejuk
hingga menjelang senja
Kau setetes sejuk
Eden
Bertengger burung-burung
Ulat-ulat daun adalah santapan
Di kala hutan enggan menyambut
Di kala belantara menolak bersahabat
Gondrong lebat
bergelimang
Jauh basah
menyongsong
Pada sepeda motor
Terparkir membisu
kerna molor
Aku suka pada kesuburan
Dedaunmu yang memamer hijauan
Bukan pada buahan
M’lainkan pada teduh yang kau
tawarkan
Jangalah mau
Kau dirayu
Oleh moleknya
Mata pisau besar
Janganlah
Ditipu
Oleh tuduhan
Bahwa kau menampung ulat ular nakal
Bahwa kau himpunkan burung-burung
liar
MENDENGAR KEHENINGAN
Dikira putih padahal hitam
Dikira suci kendati kelam
Dikira gelap kendati terang
Dikira pekat padahal pendar
Dianggap
lurus kendati bengkok
Dianggap
tulus padahal kedok
Dianggap
mulus kendati jorok
Dianggap
kudus kendati borok
Dunia buta lihat warna
Semua dibuat sama
Kita lupa pada beda
Hanya demi nafsu belaka
Percuma
agama
Percuma
hikmat
Sia-sia
nilai
Sia-sia
pandai
Manusia takhluk oleh rayuan
Terlena karna buaian
Seandainya manusia melihat dengan hati
Banyak takkan tersakiti
Seandainya kita mendengar keheningan
Taklah kita menjadi korban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar